Butterfly Effect  

Posted by Sweetkimitha

“Small variations of the initial condition may produce large variations in the long behavior of the system”

Butterfly Effect jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Efek Kupu-kupu. Asal muasal ketertarikanku pada teori ini yaitu setelah menonton film lumayan lawas (2004) dengan judul yang sama dan dibintangi oleh..*cough* suami tante Demi Moore, Ashton Kutcher. Film bergenre dramatic sci-fi thriller ini menceritakan tentang seorang pemuda (Evan) yang berusaha untuk merubah kenangan buruk masa kecilnya. Dan dalam perjalanan itu, dia pada akhirnya menemukan cara untuk dapat kembali ke masa lalu melalui jurnal yang dia tulis untuk mengatasi ‘blackout’ yang sering dialaminya. Setiap perjalanan waktu yang dilakukannya selalu merubah apa yang menjadi masa depannya, sehingga ia selalu mencoba kembali usaha tersebut untuk mencegah semua hal yang tidak diinginkan. Namun kenyataan berkata lain.

Well, disini aku tidak ingin membahas lebih lanjut tentang filmnya, namun tentang Butterfly Effect itu sendiri. Dikisahkan pada tahun 1961, Edward Norton Lorenz (seorang asisten profesor) melakukan penelitian untuk memprediksi kejadian cuaca dengan bantuan simulasi komputer. Hitung punya hitung, Mr. Lorenz membulatkan angka yang diperolehnya itu ke dalam bilangan desimal 0,506. Namun alangkah sangat terkejutnya Mr. Lorenz (lebay banget deh gue, he2..). Ketika ia memasukkan bilangan desimal yang didapatkan dengan lebih lengkap yaitu 0, 506127 ternyata hasil skenario cuaca yang didapatkan benar-benar berbeda dari sebelumnya. Dari simulasi tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa kepakan sayap kupu-kupu sekalipun dapat mengakibatkan ataupun mencegah terjadinya tornado (nah lho..). Itulah sebabnya kemudian hasil penemuan tersebut diberi nama Butterfly Effect a k a Efek Kupu-kupu.



“Sesungguhnya, seluruh kejadian di semesta alam ini adalah kejadian acak (random)”

Berpegang dari fenomena tersebut yang dilandasi oleh berbagai kejadian yang bersifat acak, maka efek kupu-kupu ini dalam budaya masyarakat kemudian menjadi sebuah metafora untuk keberadaan peristiwa yang terlihat tidak penting namun dapat merubah sejarah, bahkan takdir seseorang.

Seperti kita tahu, begitu banyak peristiwa yang kita lalui dalam hidup yang sepertinya kacau dan berantakan namun ternyata saling berhubungan satu sama lain. Seperti misalnya aku adalah seorang arachnophobia (sebutan buat orang yang takut sama laba-laba dan sebangsanya..hiiy..). Pasti kemudian aku dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Bagaimana ceritanya aku bisa takut pada laba-laba? Mungkin gak sih aku takut pada makhluk itu hingga sekarang seandainya aku tidak pernah bertemu kakak kelas TKku yang super nakal dan mengejar-ngejarku dengan mainan laba-laba hitam berbulu super gede dan hendak memasukkannya ke dalam tasku sampai aku berlari ketakutan setengah mampus? Atau apa yang terjadi seandainya aku mengalami peristiwa lain yang kurang atau lebih dari itu? Whew..

Aku teringat sesuatu yang pernah kubaca di buku Jamil Azzaini bahwa satu peristiwa yang terjadi bisa membuka atau menutup peluang terjadinya peristiwa lain yang lebih besar. Kemungkinan yang kita alami juga akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kemungkinan yang dialami orang lain. Bahwa kita seolah-olah berada dalam suatu ruangan tanpa batas dengan kombinasi kemungkinan yang tidak terhingga ( Subhanallah..). Ummh, lalu bagaimana kita menyikapi realita ini? Secara naif mungkin kita bisa berfikir begini: Aku akan berpasrah, toh apapun yang terjadi padaku adalah karena memang merupakan kejadian yang saling berhubungan. Ada benarnya juga, tapiiii..bukan berarti pasrah sebelum berusaha yang terbaik dooonk. (Oh God, U’re so in the wrong..) Memang sebagai manusia kita mempunyai banyak keterbatasan, tapi kalo kita memahami teori (keren) satu ini kita bakal percaya bahwa sekecil apapun keputusan yang kita buat dalam hidup, cepat ato lambat akan memperlihatkan konsekuensinya. Dari teori efek kupu-kupu itu sendiri, sulit rasanya diterima akal secara langsung jika (hanya) karena kepakan kupu-kupu dapat menyebabkan tornado. Toh, energi kinetic dari tornado itu sendiri berasal dari matahari dan kupu-kupu hanya dapat mempengaruhi detil tertentu dari peristiwa cuaca dalam bentuk acak.
Namun harapan yang kemudian mengemuka adalah: Bahwa segala sesuatu itu terjadi karena suatu alasan, dan kita sebagai penghuni setia bumi tidak ada ruginya bila dapat menunjukkan dengan tepat semua alasan tersebut, betapapun kecilnya. Walaupun kuasa terbesar tetap menjadi milik alam sih.. *manggut-manggut*

NB: Untuk filmnya, aku dapat mengambil benang merah bahwa tidak ada seorangpun yang bisa yang kembali ke masa lalunya, dapat kembali dengan versi kehidupan yang sama. Kalo gak salah ini disebut time paradox.
Personally, aku tidak akan pernah menyesali apapun yang pernah terjadi di masa lalu (termasuk kakak kelas TKku itu..Sigh..). Evrythin I hav now is my present ‘n future..gak kurang, gak lebih..Yeah, aku memang (hanya) seekor kupu-kupu, tapi aku ingin kepakanku ini someday dapat memberikan peluang untuk terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam hidupku. Yes, I totally am..
Let’s go get the shit kicked out of me! Hehe..

This entry was posted on Monday, August 18, 2008 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Subscribe to: Post Comments (Atom) .

0 comments