PUFFERFISH (Sebuah Kisah Cinta Pertama)  

Posted by Sweetkimitha

Pufferfish. Cinta pertamaku yang berawal dari ruang tamu kakek tercinta.
Bentukmu yang lucu, mata kelerengmu dan tubuhmu menyala kuning redup di malam hari, menggugah rasa ingin tahu seorang gadis kecil untuk memandangi lama-lama dari balik kaca dengan penuh rasa kagum.
Alangkah hebatnya Pencipta mu.

Suatu ketika, aku beroleh kesempatan dari kakek untuk menyentuhmu.
Dengan sebukit rasa ingin tahu yang membuncah, kuarahkan jari-jari kecilku ke duri tubuhmu yang.. Uups ternyata cukup tajam.
Perlu ekstra hati-hati antara menahan kaca pelindungmu dan mencegah durimu melukai jariku.
Pufferfish, kamu memang menggemaskanku.

Rel waktu terus berjalan. Kakek telah tiada.
Dan kini kau teronggok di bekas kandang ayam di depan rumah.
Pesonamu terlupakan dan debu membedaki tubuh kuning penuh duri itu.
Apa kau tahu, Pufferfish? Aku masih mengagumimu.
Beberapa kali kucari biodatamu di mesin pencari Google.
Aku mendapat gambar-gambarmu sebagai bonus.

Ah, aku jadi merindukan masa kecilku.
Seandainya aku bisa berenang, mungkin aku bisa menemuimu suatu saat.
Tapi aku tidak bisa. Huh! Gara-gara guru les renang SD yang menggabungkan anak perempuan dan anak laki-laki dalam satu kolam.
Apa aku yang terlalu pemalu saat itu? Entahlah.



Mungkin yang bisa kulakukan cuma memajang fotomu.
Mungkin di ruang tamuku. Atau di ruang keluargaku.
Ya, tapi jangan berharap untuk kupajang di kamar tidurku.
Jangan, disana terlalu private.
Nanti suamiku marah-marah.

Lebih baik disini saja. Di memori otakku.
Disini aman dan bebas gusuran, Pufferfish.
Kujamin itu.
Di folder masa kecilku.
Bersama layang-layang, sepeda mini merk Saturn, dakon, mainan lempung dan aneka rupa permainan masa-masa tomboyku dulu.

Antara Bodoh, Membodohi dan Dibodohi  

Posted by Sweetkimitha


Kebodohan, membodohi, dibodohi. Tiga kata dengan kata dasar BODOH.
BODOH. Kata yang paling kubenci. Terlebih-lebih kata yang terakhir, DIBODOHI.
Bentuk kalimat pasif yang menjadikanku sebagai objek penderita.
Ya, aku ingat benar konsep itu, konsep yang ditanamkan ibuku saat mengajarku Bahasa Indonesia.
Jika AKTIF maka menjadi SUBJEK pelaku.
Jika PASIF maka menjadi OBJEK penderita.

DIBODOHI. Arghhh, aku paling benci dibodohi. Apakah mereka tidak tahu, di balik kesederhanaanku ini tersimpan otak super encer, yang pandai menganalisa, yang ahli merekam detil per detil, yang super dalam kreatifitas. Nah, lalu sebenarnya siapa yang BODOH? Kalian atau aku?

Seperti hal besar yang baru saja terjadi. Ah, sebenarnya itu bukan hal besar.
Karena bukan sekali ini saja orang-orang berusaha membodohiku. Ya ya, dan NAIF mereka menganggap telah berhasil membodohi aku.
SALAH BESAR! Mau kutunjukkan buktinya? Sebaiknya tidak.
Dan kamu, mengapa kamu ikut-ikutan mereka dengan cara membodohiku.
Kau tahu bahwa telah kuberikan duniaku.
Bahkan lebih dari itu, kau memilikiku bagai aku dalam genggaman tanganmu!
Tapi apa balasmu?
Kau membuatku tampak BODOH barusan.
Padahal, padahal.. dan aku mulai menangis sekarang. (Apa karena kamu tahu benar aku sangat cengeng, huh..)
Saat kau lupa, akulah pengingatmu. Mengalahkan reminder di handphonemu.
Saat kau sakit, akulah perawatmu. Melebihi dokter yang cerewet melarangmu makan ini dan itu dan menyimpan jadwal minum obatmu.
Saat ini.. saat itu..

Ya sudahlah, aku tidak mau kau anggap aku tak ikhlas melakukannya.
Karena aku pun tahu, banyak hal yang sudah kau lakukan untukku.
Tapi kumohon, jangan membuatku merasa DIBODOHI seperti ini.
Membuatku amnesia akan semua hal-hal indah yang telah tersulam di memoriku.

Jangan! Kamu tidak boleh seperti mereka!
Jangan melakukan sesuatu yang tak bisa diterima oleh logikaku.
Jangan melakukan sesuatu yang membuatku merasa kamu ALIEN.
Jangan membuatku kecewa.
Kumohon jangan.
Aku tidak BODOH, dan aku tahu tidak salah memilihmu.

Biarlah orang-orang itu merasa PINTAR karena mereka pikir telah membodohi aku.
Aku tak peduli. Peduli setan dengan mereka.
Semoga ini menjadi aksimu MEMBODOHI aku yang terakhir kali.
Cukup.
Aku tidak mau lagi ada fenomena-fenomena tak terprediksi seperti itu darimu.
Kita begini saja.
Apa adanya. Seperti biasanya.
Toh kita selalu bisa tertawa, gila-gilaan, mellow bareng dengan cara kita.
Selalu.
Aku tidak salah bukan?
Beri aku pelukan beruangmu, Sayang.
My favorite thing.