Kebodohan, membodohi, dibodohi. Tiga kata dengan kata dasar BODOH.
BODOH. Kata yang paling kubenci. Terlebih-lebih kata yang terakhir, DIBODOHI.
Bentuk kalimat pasif yang menjadikanku sebagai objek penderita.
Ya, aku ingat benar konsep itu, konsep yang ditanamkan ibuku saat mengajarku Bahasa Indonesia.
Jika AKTIF maka menjadi SUBJEK pelaku.
Jika PASIF maka menjadi OBJEK penderita.
DIBODOHI. Arghhh, aku paling benci dibodohi. Apakah mereka tidak tahu, di balik kesederhanaanku ini tersimpan otak super encer, yang pandai menganalisa, yang ahli merekam detil per detil, yang super dalam kreatifitas. Nah, lalu sebenarnya siapa yang BODOH? Kalian atau aku?
Seperti hal besar yang baru saja terjadi. Ah, sebenarnya itu bukan hal besar.
Karena bukan sekali ini saja orang-orang berusaha membodohiku. Ya ya, dan NAIF mereka menganggap telah berhasil membodohi aku.
SALAH BESAR! Mau kutunjukkan buktinya? Sebaiknya tidak.
Dan kamu, mengapa kamu ikut-ikutan mereka dengan cara membodohiku.
Kau tahu bahwa telah kuberikan duniaku.
Bahkan lebih dari itu, kau memilikiku bagai aku dalam genggaman tanganmu!
Tapi apa balasmu?
Kau membuatku tampak BODOH barusan.
Padahal, padahal.. dan aku mulai menangis sekarang. (Apa karena kamu tahu benar aku sangat cengeng, huh..)
Saat kau lupa, akulah pengingatmu. Mengalahkan reminder di handphonemu.
Saat kau sakit, akulah perawatmu. Melebihi dokter yang cerewet melarangmu makan ini dan itu dan menyimpan jadwal minum obatmu.
Saat ini.. saat itu..
Ya sudahlah, aku tidak mau kau anggap aku tak ikhlas melakukannya.
Karena aku pun tahu, banyak hal yang sudah kau lakukan untukku.
Tapi kumohon, jangan membuatku merasa DIBODOHI seperti ini.
Membuatku amnesia akan semua hal-hal indah yang telah tersulam di memoriku.
Jangan! Kamu tidak boleh seperti mereka!
Jangan melakukan sesuatu yang tak bisa diterima oleh logikaku.
Jangan melakukan sesuatu yang membuatku merasa kamu ALIEN.
Jangan membuatku kecewa.
Kumohon jangan.
Aku tidak BODOH, dan aku tahu tidak salah memilihmu.
Biarlah orang-orang itu merasa PINTAR karena mereka pikir telah membodohi aku.
Aku tak peduli. Peduli setan dengan mereka.
Semoga ini menjadi aksimu MEMBODOHI aku yang terakhir kali.
Cukup.
Aku tidak mau lagi ada fenomena-fenomena tak terprediksi seperti itu darimu.
Kita begini saja.
Apa adanya. Seperti biasanya.
Toh kita selalu bisa tertawa, gila-gilaan, mellow bareng dengan cara kita.
Selalu.
Aku tidak salah bukan?
Beri aku pelukan beruangmu, Sayang.
My favorite thing.
This entry was posted
on Thursday, August 19, 2010
and is filed under
Soliloquy
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.
Brand New Post
Deposit Box
- August 2010 (2)
- March 2010 (1)
- June 2009 (1)
- March 2009 (1)
- February 2009 (2)
- November 2008 (1)
- October 2008 (1)
- September 2008 (2)
- August 2008 (5)
- July 2008 (2)
- June 2008 (1)
- May 2008 (5)
- April 2008 (2)
- August 2007 (1)
0 comments